MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA


PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

E-learning pada pembelajaran di sekolah-sekolah khususnya pembelajaran sains telah diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Selain untuk tujuan pembelajaran, penerapan e-learning juga sebagai sarana untuk mengenalkan teknologi informasi kepada peserta didik. Namun sampai sekarang pemanfaatannya masih kurang optimal. Bahkan sebagian orang beranggapan bahwa penerapan e-learning hanya sekedar mengikuti trend saja tanpa menghiraukan apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Oleh karena itu, penelitian atau kajian pustaka tentang implementasi e-learning khususnya pada pembelajaran sains perlu terus dilakukan.

PENGERTIAN E-LEARNING

E-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi, komunikasi dan informasi khususnya internet (Kwartolo, 2010). Sedangkan menurut Hartley (2001), e-learning merupakan jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain. Secara umum e-learning mampu menyajikan pengalaman belajar yang bermakna melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. E-learning memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara siswa dengan tenaga pengajar dan narasumber ahli, meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar, mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna, memberikan akses keapada beragam sumber belajar (Pannen, 2005). Komunikasi dalam e-learning dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung (synchronous training) dan tidak langsung (asynchronous training). Menurut Susanti dan Sholeh (2008), synchronous training adalah tipe proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi bersamaan, sedangkan asynchronous training adalah tipe pelatihan dimana proses pembelajaranan tidak terjadi pada waktu yang bersamaan. Contoh synchronous training terjadi pada saat kegiatan chat dan forum diskusi dimana guru dan siswa melakukan kegiatan online pada saat bersamaan dan terjadi interaksi. Sedangkan contoh kegiatan asynchronous training adalah ketika siswa belajar dan mengajukan pertanyaan dalam e-learning, akan tetapi guru tidak menjawab pada saat yang bersamaan. Namun, terdapat beberapa kelemahan e-learning yaitu e-learning membutuhkan dukungan jaringan yang tepat dan stabil, banyak guru yang belum siap menggunakan e-learning dan memanfaatkan internet dalam proses pembelajaran, serta keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki siswa juga dapat menghambat penggunaan e-learning
LMS adalah pengelolaan interaksi proses pembelajaran berbasis TIK melalui websites (Munir, 2010). LMS didesain untuk mengembangkan konten materi ajar berbasis e-learning. Tujuan dari LMS adalah mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah Salah satu software LMS yang banyak digunakan di dunia adalah MOODLE (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment). Moodle memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan oleh siapapun, walaupun tidak memiliki kemampuan pemrogaman sekalipun. LMS juga dilengkapi fitur-fitur yang dapat memenuhi semua kebutuhan pembelajaran termasuk kuis, forum, chat, dan link ke web lain.

  Model Pengembangan Pembelajaran Berbasis Web

Multimedia pembelajaran berbasis web merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran. Salah satu referensi pengembangan perangkat lunak adalah pendapat pakar Software Enginering yaitu Roger S. Pressman. Menurut Pressman (2002: 38), rekayasa perangkat lunak mencakup tahap-tahap: analisis kebutuhan, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Salah satu model pembelajaran berbasis web dikembangkan oleh Davidson dan Karel L. Rasmussen (2006). Model yang dikembangkan oleh Davidson dan Rasmussen tersebut meliputi tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Tahap analisis meliputi analisis masalah dan analisis komponen pembelajaran. Tahap desain meliputi desain pembelajaran dan desain software. Tahap pengembangan adalah merakit berbagai komponen desain pembelajaran dan software menjadi sebuah program pembelajaran berbasis web. Tahap implementasi terdiri dari implementasi sementara dan implementasi penuh. Sedangkan tahap evaluasi dibedakan menajdi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Pengembangan desain pembelajaran untuk web based learning dirancang sedemikian rupa agar proses pembelajaran online tersebut dapat berjalan dengan efektif. Ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam desain model pembelajaran berbasis web, yaitu learning tasks, learning resources, dan learning supports. Learning tasks mencakup aktivitas, masalah, dan interaksi untuk melibatkan peserta didik. Learning resources memuat konten, informasi dan sumber-sumber yang dapat diakses oleh peserta didik. Learning supports terkait dengan petunjuk belajar, motivasi, umpan balik, dan kemudahan akses bagi peserta didik

E-learning pada pembelajaran di sekolah-sekolah khususnya pembelajaran sains telah diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu. Selain untuk tujuan pembelajaran, penerapan e-learning juga sebagai sarana untuk mengenalkan teknologi informasi kepada peserta didik. Namun sampai sekarang pemanfaatannya masih kurang optimal. Bahkan sebagian orang beranggapan bahwa penerapan e-learning hanya sekedar mengikuti trend saja tanpa menghiraukan apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Oleh karena itu, penelitian atau kajian pustaka tentang implementasi e-learning khususnya pada pembelajaran sains perlu terus dilakukan.

Kelebihan dari e-learning antara lain:

1.   Mengurangi biaya, walaupun pada awal pemasangan infrastruktur e-learning yaitu jaringan internet agak mahal, tetapi selanjutnya akan mengurangi biaya akomodasi karena informasi didapatkan dari berbagai tempat tanpa harus datang ketempat tersebut.
2.      Pesan/ isi e-learning dapat tetap (konsisten), dan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
3.      Materi pembelajaran lebih up to date dan dapat diandalkan. E-learning yang berbasis internet (web) dapat memperbaharui materi secara cepat, sehingga membuat informasi lebih akurat dan berguna untuk jangka waktu tertentu.
4.       Pembelajaran 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Pendidik dan peserta didik dapat mengakses kapan saja dan dimana saja.
5.      Universal, setiap orang dapat melihat atau menerima materi yang sama dan dengan cara yang sama.
6.      Membangun komunitas, e-learning memungkinkan peserta didik maupun pendidik membangun sebuah komunitas yang berkelanjutan, untuk saling berbagi pengetahuan selama dan setelah pembelajaran.
7.      Daya tampung yang besar, e-learning tidak hanya dapat menampung 10 sampai 100   partisipan, tetapi juga dapat menampung ribuan partisipan.

 Adapun kelemahan e-learning dipandang dari segi peserta didik antara lain:

1.      Merasa kesepian, peserta didik dapat merasa kesepian karena tidak adanya interaksi fisik dengan pendidik dan teman-temannya, terutama untuk model fully online e-learning format.
2.    Keterampilan menggunakan peralatan ICT, peserta pendidik yang tidak terampil menggunakan peralatan ICT, akan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir pembelajaran.
3.   Peserta didik yang tidak disiplin dan kurang memilikii motivasi untuk belajar akan sulit mengikuti tahap-tahap proses pembelajaran.
4.   Ada beberapa konsep-konsep pembelajaran yang sulit untuk dimodelkan atau dipelajari tanpa bimbingan pendidik.
5.      Adanya permasalahan saat menentukan format evaluasi yang tepat berhasil atau tidaknya peserta pendidik di dalam mengikuti pembelajaran secara e-learning.
E-learning membutuhkan model yang harus didisain dalam bentuk pembelajaran inovatif.


Komentar

  1. bagaimanakah cara kita mengatasi masalah peserta didik yang tidak disiplin dan kurang memilikii motivasi untuk belajar akan sulit mengikuti tahap-tahap proses pembelajaran, jika pembelajaran yang digunakan model fully online e-learning?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin membantu menjawab pertanyaan dari dwindah, untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik dengan model e-learning ini, mungkin guru memberikan motivasi kepada peserta didik dan juga cara mengajar dalam e-learningnya lebih diberikan sedikit hal-hal yang unik sehingga menarik perhatian peserta didik tersebut. terimakasih

      Hapus
  2. D penjelasan anda ada kelemahan e learning, d situ bagai mana cara mengatasi kelemahan itu dilihat dari aspek peserta didik nya? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut jika peserta didik tidak memiliki motivasi maka kita sebagai pendidik harus sebisa mungkin membuat model pembelajaran e-learning semenarik mungkin agar motivasi dalam dirinya dapat muncul

      Hapus
  3. Apakah e-learning sangat penting bagi peran guru ?
    Adakah pengaruh nya bagi siswa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. penting karena E-learning ini dapat membangun sebuah komunitas yang berkelanjutan, untuk saling berbagi pengetahuan selama dan setelah pembelajaran.
      pengaruhnya bagi siswa yaitu meningkatkan kolaborasi antar siswa untuk membentuk komunitas belajar, mendorong siswa untuk secara mandiri mencari sumber belajar dan mencapai makna, memberikan akses keapada beragam sumber belajar

      Hapus
  4. Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran dosen dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut.
    1. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line.
    2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawabtantangan perkembangan globalisasi.
    3. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
    4. Kapasitas mahasiswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akanlebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas penambahan materinya saudari windi

      Hapus
  5. asslam mualaikum wr wb disini saya sedikit menambahkan mengengai pengembanggan e-learning semoga dapat membantu dan melengkapinya
    Model Pengembangan E-Learning
    . The Mental Model (Model Mental).
    The mental models are the conceptual and operasional representations that people develop as they interact with complex systems. Mental model are thouhgt to consist of an awareness of the various component of a systems and are assesed using a variety of method including problem solving, troubleshooting performance, information retention over time, observation and user predictions regarding performance (Jolliffe dkk, 2001: 22).
    Model mental diartikan sebagai penyajian-penyajian konseptual dan operasional yang dikembangkan ketika orang berhubungan dengan sistem yang kompleks. Model-model mental merupakan pemikiran yang terdiri atas kesadaran terhadap berbagai komponen dari suatu sistem dan dievaluasi menggunakan berbagai metode termasuk pemecahan masalah, mencari dan memecahkan persoalan, ingatan informasi, pengamatan dan prediksi pengguna (user) terhadap pengetahuan capaian. Model mental nampak lebih dari sekedar peta struktural dari berbagai komponen.
    Terdapat beberapa komponen dalam model mental antara lain :
    a. Structural knowledge
    Merupakan pengetahuan tentang konsep struktur domain pengetahuan dan diukur melalui jaringan dan peta atau lingkaran-lingkaran konsep. Metode ini berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibentuk menggunakan simbol.
    b. Performance knowledge
    Bertujuan untuk menilai pengetahuan capaian dimana pebelajar diberi tugas-tugas pemecahan masalah untuk menguji kesan visual mereka.
    c. Reflective knowledge
    Disini pebelajar bisa menunjukkan kepada yang lain bagaimana cara melaksanakan suatu tugas tertentu. Dengan cara ini, pebelajar pertama harus membuat daftar perintah, deskripsi tugas dan diagram alur untuk menmguji gambaran mentalnya.
    d. Image of system
    Merupakan kenyataan dari model pebelajar yang khas dinilai dengan meminta pebelajar untuk mengartikulasikan dan memvisualisasikan bentuk-bentuk fisik.
    e. Metaphor
    Seperti juga gambar-gambar, pembelajar akan sering menghubungkan sistem baru dengan pengetahuan ada sehingga dapat dilihat orang lain.
    f. Executive knowlegde
    Bertujuan untuk memecahkan permasalahan, pembelajar harus mengetahui kapan mengaktifkan dan menerapkan sumber daya kognitif yang diperlukan.
    2. The Cognitif Apprenticeship Model (Model Belajar Magang Kognitif)
    Cognitive apprenticeship is based on various conditions for learning, for example : learning takes place within a context of meaningfull, ongoing activities with a need for learners to receive immediate feedback on their success; other people can and do serves oa models for imitative learning and provide structure to and connections betwen learners’ experiences; the concept of learning being fungtional; and the idea that the need for and purpose for learning are often explicitly stated (Jolliffe dkk, 2001: 23).
    Model belajar magang kognitif berdasarkan pada berbagai kondisi-kondisi belajar misalnya belajar berlangsung dalam konteks aktivitas yang berkelanjutan, penuh arti dimana pembelajar perlu menerima umpan balik segera. Orang lain dapat bertindak sebagai model-model yang menyediakan bentuk yang dihubungkan dengan pengalaman pembelajar; konsep belajar fungsional dengan tujuan belajar yang tegas.
    Model belajar magang tradisional biasanya memberi peluang untuk latihan. Karakteristik model belajar ini antara lain: gagasan bahwa pekerjaan adalah daya penggerak, dan penguasaan progresif terhadap tugas-tugas dihargai sebagai nilai penyelesaian pekerjaan; ketrampilan-ketrampilan tertentu diawali dengan belajar tugas; belajar dipusatkan pada capaian (perfomance) dan kemampuan untuk melakukan sesuatu; dan standar pencapaian diaktualisasikan dalam pekerjaan nyata

    BalasHapus
  6. Aapakan pembelajaran berbasis E-Learning efektif digunakan untuk pembelajaran kimia ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan teoritis multimedia pembelajaran

TUGAS TERSTRUKTUR